JAKARTA- Kawasan DPR RI mendadak membludak dengan demo mahasiswa dari beragam latar kampus berbeda. Mereka berunjuk rasa menolak sejumlah rancangan undang-undang di depan Kompleks DPR RI yang berujung bentrok.
Area itu penuh dan sesak akibat lautan mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat turun ke jalan mengkritisi langkah DPR RI terhadap sejumlah RUU yang dinilai bermasalah, seperti RUU KUHP, RUU Pertanahan, dan RUU KPK yang telah disahkan beberapa waktu lalu.
Peristiwa itu mencuri perhatian dunia, dari Asia, Amerika hingga Inggris.
Dari Asia, media Malaysia The Star.mymemberitakannya melalui artikel bertajuk “Police fire water cannon as Indonesians rally against new penal code”.
“Polisi Indonesia menembakkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan protes pada hari Selasa, ketika ribuan mahasiswa berkumpul di kota menyoroti berbagai masalah termasuk hukum pidana baru yang menghukum perzinahan dan merevisi undang-undang korupsi,” tulis media tersebut seperti dikutip Selasa (24/9/2019).
Sementara dari Singapura, Channel News Asia, memuat aksi demo mahasiswa berujung bentrok itu dengan “Indonesian police fire tear gas at sex law protesters”. Sedangkan Straits Times, mengulasnya melalui “Thousands rally in Indonesia amid controversial criminal code changes”.
Media Inggris, Reuters mengulas isu tersebut dengan “Police fire water canon as Indonesians rally against new penal code”.
Sedangkan media Amerika The Washington Postmenulis aksi mahasiswa ini dengan judul “Indonesian students rally against changes to corruption law“.
Sementara, hingga Rabu (25/9) dini hari, tercatat ada 90 korban kericuhan dalam demo mahasiswa rusuh di sekitar Gedung DPR. Para korban itu dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan.
“Update-nya itu ada 90 pasien,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat RSPP Agus W Susetyo kepada Antara di Jakarta, Rabu dinihari.
Agus menjelaskan dari 90 korban yang dilarikan ke IGD RSPP, 74 orang di antaranya berstatus hijau, yakni kondisi di mana pasien tidak memerlukan penanganan serius dan bisa langsung pulang.
Sementara 14 orang lainnya berstatus kuning, yakni pasien dengan kondisi perlu penanganan segera, namun dalam kondisi stabil.
Sedangkan 2 orang sisanya berstatus merah atau pasien dengan kondisi perlu penanganan cepat dan harus dirawat inap.
“Itu data pasien yang masuk IGD RSPP dari pukul 17.00 sore tadi sampai pukul 00.30 WIB,” ucap Agus.
Agus mengatakan untu kkorban kericuhan demo mahasiswa dengan status hijau dan kuning, keluhan yang dialami rata-rata terkait dengan masalah pernapasan lantaran menghirup asap gas air mata.
Selain itu, beberapa korban juga mengeluh lemas, memar dan kelelahan setelah melakukan aksi demonstrasi dari siang hari.
Sementara untuk korban kericuhan demo mahasiswa dengan status merah disebabkan oleh benturan di kepala.
“Yang benturan di kepala, dan satu terjatuh sehingga punggungnya memar itu dirawat inap, yang lainnya sudah pulang,” kata dia. (*)