SEMARANG-Penampakan fenomena matahari berbentuk unik muncul di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Selasa, 1 Oktober 2019. Tak seperti biasanya pantulan sinar berbentuk lingkaran tampak mengitari matahari di langit sekitar pukul 13.56 WIB.
Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah, Lis Widyaharmoko, lingkaran cahaya mengitari matahari tersebut merupakan fenomena yang tidak berdampak buruk pada alam. Fenomena alam itu disebut dengan halo matahari.
Menurutnya, kejadian langka itu tidak dapat terlihat di semua daerah. Tercatat di Jawa Tengah, menurutnya dapat terlihat di langit Blora, Pati, Kudus, serta Sragen.
“Ini fenomena biasa, hanya terlihat di beberapa sudut pandang saja di Jawa tengah,” ungkap Lis saat di temui di Kantor BMKG Jateng, Semarang, Selasa 1 Oktober 2019.
Penyebab halo matahari, Lis menjelaskan, lantaran adanya pembiasan cahaya matahari oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma. Sehingga sinar matahari menjadi terpecah ke dalam beberapa warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi.
“Umumnya disebabkan disebabkan oleh kristal es pada awan cirrus atau biasanya disebut cirrostratus,” ungkapnya.
Fenomena tersebut menurutnya, jarang terjadi di Indonesia yang notabene merupakan daerah tropis. Sehingga fenomena halo matahari bisa disebut langka.
Namun di belahan bumi yang daerahnya non tropis seperti di Eropa dan daerah utara bumi, halo sering terjadi. Bahkan halo muncul dalam bentuk lingkaran sempurna dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa berwujud setengah lingkaran dengan pusat pada cahaya matahari. “Makanya di sini (Jawa Tengah) tergolong fenomena langka,” ujarnya
Lis mengingatkan, mitos yang berkembang dengan adanya fenomena halo seperti penanda datangnya bencana itu menyesatkan. Masyarakat tidak perlu panik atau terpengaruh.
“Ya karena jarang terlihat, maka kadang masyarakat mengaitkan dengan bencana atau hal-hal mistis lainnya. Padahal tidak ada apa-apa,” ujarnya. (*)