SEORANG perempuan Iran, Sahar Khodayari, melakukan aksi bunuh diri dengan cara membakar dirinya sendiri sebagai protes atas larangan menonton sepakbola bagi kaum wanita di negara itu.
Media di Teheran melaporkan bahwa Khodayari meninggal di rumahsakit beberapa hari lalu setelah mengalami luka bakar 90 persen.
Khodayari juga dikenal dengan sebutan “Blue Girl” karena kostum biru klub yang didukungnya.
Dia membakar diri di depan gedung pengadilan dimana dia menghadapi tuduhan mencoba untuk masuk ke dalam stadion sepakbola.
Dia mengatakan wig rambut palsu dan jaket untuk bisa menonton pertandingan tim favoritnya Esteghlal melawan klub Uni Emirat Arab Al Ain dalam pertandingan Liga Champions Asia bulan Maret lalu.
Hukuman maksimum yang bisa dikenakan terhadap Khodayari adalah enam bulan penjara karena melanggar larangan perempuan masuk ke stadion, larangan yang sudah diberlakukan sejak Revolusi Islam di tahun 1979.
Kematiannya tidak diberitakan oleh media pemerintah Iran, namun Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) mengeluarkan pernyataan bahwa mereka ‘mengetahui adanya tragedi tersebut dan sangat menyayangkan hal tersebut terjadi.”
“FIFA menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga dan teman-teman Sahar dan kembali menyerukan kepada pihak berwenang Iran untuk memastikan kebebasan dan keamanan bagi setiap perempuan yang terlibat dalam perjuangan untuk mengakhiri larangan perempuan menonton sepakbola di stadion.” kata FIFA dalam pernyataannya.
Di Twitter, mantan pemain lapangan tengah klub Jerman Bayern Munchen Ali Karimi — yang pernah bermain 127 kali untk timnas Iran dan sudah lama mendukung pemcabutan larangan – mendesak para penonton iran untuk melakukan boikot untuk tidak hadir menonton untuk memperingati tewasnya Khodayari.
Bintang klub Inggris Manchester United Paul Pogba dan bintang sepakbola perempuan Swedia Magda Eriksson juga memberikan reaksi.
Eriksson, yang memperkuat Swedia dalam pertandingan Piala Dunia perempuan 2019 meminta kepada FIFA dan ‘semua organisasi lain yang memiliki kuasa’ untuk ‘bertindak guna menghentikan semua ini.”
Pogba mendokan agar keluarga dan teman-teman Khodayari diberi ‘kekuatan.’
Klub Italia AS Roma juga secara terbuka memberikan dukungan.
“#ASRoma berwarna kuning dan merah namun hari ini darah kami berwarna biru untuk Sahar Khodayari. Permainan indah sepakboa ini dimaksukan untuk mempersatukan kita, bukan membela kita.” tulis klub itu di Twitter.
“Sekarang waktunya bagi semua orang di Iran untuk diperkenankan menonton pertandingan sepakbola bersama-sama. RIP #BlueGirl.”
Salah seorang anggota parlemen Iran yang terkenal Ali Motahari, yang dikenal dekat dengan Presiden Iran Hassan Rouhani juga berkomentar di Twitter dan mengatakan bahwa Khodayari seharusnya tidak dipenjara dan ‘nasehat’ saja sudah cukup.
Direktur Amnesty Internasional untuk Timur Tengah Philip Luther mengatakan kejahatan yang dilakukan Khodayari adalah ‘menjadi perempuan di sebuah negara dimana perermpuan menghadapi diskriminasi yang ada dalam hukum yang berlaku.”
Larangan terhadap perempuan menghadiri pertandingan olahraga di stadion di Iran dicabut beberapa saat tahun lalu. (*)