JAKARTA-Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) kembali bekerja sama di bidang pendidikan dengan pesantren. Pesantren yang terpilih adalah Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin (PPKJ), asuhan Hj. Masriyah Amva. Tahun ini merupakan tahun kedua kerjasama FIB UI dengan PPKJ.
Setelah di tahun 2018 sukses memberikan pendampingan bahasa Inggris di pesantren dengan mengirimkan guru-guru bahasa Inggris untuk mengajar di pesantren selama satu tahun, tahun ini para dosen yang tergabung dalam Tim Pengabdian kepada Masyarakat pimpinan Sisilia S. Halimi, Ph.D. bersama dengan pengurus pesantren menyelenggarakan pelatihan bahasa Inggris untuk para guru SMA/MA di Kawasan Cirebon dan sekitarnya.
Program pelatihan 30 jam ini berlangsung selama 3 hari dan bertempat di PPKJ dengan pendanaan dari Hibah Pengabdian kepada Masyarakat FIB UI. Terdapat 22 peserta dari 10 sekolah yang berpartisipasi pada program ini.
Awal mula kerja sama FIB UI dan Pesantren adalah adanya kebutuhan penyelenggaraan pendidikan bahasa Inggris di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Babakan Ciwaringin.
Untuk itu, mulai dari tahun 2018, tim pengabdi masyarakat FIB UI melaksanakan program untuk membantu pesantren untuk memulai suatu tradisi belajar dan mengajar bahasa Inggris bagi siswa dan guru.
Program ini melibatkan mahasiswa FIB UI yang telah diberikan pelatihan dalam pengajaran bahasa Inggris. Kesuksesan program ditandai dengan berhasilnya program ini dilakukan secara berkelanjutan dengan mengirimkan guru-guru, dan terbentuknya tradisi belajar bahasa Inggris di lingkungan pesantren, serta meningkatnya minat siswa untuk belajar bahasa Inggris.
Di tahun 2019 ini, tim pengabdi masyarakat FIB UI berupaya agar terjadi regenerasi program, sehingga tercetus satu program pelatihan.
Program pelatihan ini bukanlah pengganti dari program sebelumnya, melainkan pelengkap. Jika sebelumnya FIB UI telah mengirimkan tenaga pengajar dari UI untuk melaksanakan kegiatan pengajaran Bahasa Inggris untuk para santri dan guru, program pelatihan ini memiliki fungsi untuk memastikan keberlanjutan pendampingan pengajaran.
Guru yang telah dilatih diharapkan dapat melanjutkan program pengajaran bahasa Inggris di pesantren secara sukarela, sehingga ada keberlanjutan aktivitas pengajaran bahasa Inggris di pesantren.
“Melalui pelatihan ini, kami sekaligus memperkenalkan peserta dengan lingkungan pesantren. Kami ingin masyarakat setempat, khususnya guru bahasa Inggris dapat ikut berpartisipasi dalam program ini untuk membangun pesantren, sehingga ketika program resmi dari kami usai, program di pesantren dapat terus berjalan”, terang Sisilia S. Halimi sebagai Ketua Pengabdi.
Pelatihan yang berlangsung selama 3 hari (30 jam) ini menggunakan materi yang dirancang supaya interaktif, kolaboratif, dan reflektif dengan para fasilitator dari Universitas Indonesia.
Paparan mencakup beberapa topik penting, antara lain review of current best practices: teaching 4 skills, developing students’ higher order thinking skills, four skills bazaar, developing authentic materials, dan using technology and media with your class. Tugas mandiri juga diberikan kepada peserta di pelatihan ini.
Hasil dari pelatihan ini adalah peserta memperoleh pengalaman langsung melakukan kegiatan pembelajaran yang mengedepankan pengajaran bahasa Inggris yang komunikatif, kontekstual, menyenangkan, serta mengasah kemampuan berifikir kritis peserta dalam memproduksi bahasa.
Para peserta mengaku mendapatkan manfaat dari pelatihan ini karena telah membekali mereka dengan hal baru terkait praktik pengajaran bahasa Inggris. Sekolah juga berharap dapat menjalin kerjasama dengan FIB UI dan pesantren.
Sementara itu, FIB UI masih mengirimkan para tenaga pendidik dari unsur untuk tinggal dan mengajar di pesantren. Salah satu pengajar bernama Mouna menyatakan pengalaman mengajarnya sangat berharga dan unik.
Ia menghadapi berbagai ekspektasi dan keinginan dari santri dan karena itulah, sebagai pengajar ia semakin termotivasi.
“Misalnya, ada orangtua santri berpesan bahwa anak tersebut ingin sekali pandai pidato dalam bahasa Inggris”, tutur Mouna tentang pengalamannya.
Selain itu, bagi para mahasiswa, pesantren sendiri merupakan tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Laili menambahkan psantren melatih diri untuk selalu bersikap dan berfikir positif yang selalu dicontohkan oleh semua orang yang tinggal di sana.
Hal ini tidak terlepas dari sosok Ibu Nyai, Hj. Masriyah Amva, Pemimpin Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy dan para pengurus PPKJ yang senantiasa menciptakan suasana kekeluargaan yang kental di lingkungan pesantren.
Dengan keterbukaan pihak pesantren untuk bekerjasama dengan pihak luar, Tim FIB UI berharap masyarakat setempat dapat ikut berpartisipasi melanjutkan tradisi belajr yang sudah dibangun selama ini. (rls)