INDONESIA telah menutup 30 perusahaan di tengah perselisihan dengan Malaysia terkait kebakaran hutan yang menyebarkan kabut asap tebal dan berbahaya di kawasan Asia Tenggara, menurut para pejabat hari Sabtu (14/9).
Berbagai perusahaan perkebunan, termasuk sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura dan empat perusahaan yang berafiliasi dengan kelompok perusahaan Malaysia, kini sedang berada dalam pengawasan dan menunggu keputusan tentang kemungkinan hukuman, menurut Direktur Penindakan PPLH Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Sugeng Riyanto.
Hampir setiap tahun, kebakaran hutan Indonesia menyebarkan kabut yang merusak kesehatan di seluruh negeri dan menyebar ke negara tetangga Malaysia dan Singapura. Kebakaran seringkali dimulai oleh petani kecil dan pemilik perkebunan yang membuka lahan untuk ditanami.
Menteri Lingkungan dan Hidup Kehutanan Indonesia Siti Nurbaya Bakar mengatakan kepada wartawan hari Jumat (13/9) bahwa pemerintah akan menuntut sejumlah perusahaan sebagai tindakan pencegahan terhadap kebakaran hutan.
Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah Siti Nurbaya membantah bahwa asap itu berasal dari Indonesia, mencatat bahwa titik api juga terdeteksi di negara bagian Sarawak di Malaysia.
Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Yeo Bee Yin segera menanggapi, memberi tahu Indonesia agar “jangan menyangkal.” Yeo mengutip data yang menunjukkan bahwa kabut asap yang berdampak pada wilayah-wilayah Malaysia berasal dari Indonesia.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia Dwikorita Karnawati menolak klaim Malaysia bahwa kabut asap dari Indonesia telah menyebar ke negara tetangga selama berhari-hari. Dwikorita mengatakan kabut asap mulai memasuki kawasan di atas Semenanjung Malaysia dan negara bagian Serawak hari Kamis (12/9) pagi.
Dwikorita mengatakan bahwa sejumlah satelit BMKG dan analisis Geohotspot hari Kamis (12/9) mendeteksi 1.231 titik panas di Pulau Sumatra dan 1.865 titik di Kalimantan. Mereka juga mendeteksi 412 titik panas di negara bagian Serawak dan 216 di negara bagian Sabah, Malaysia.
Para pejabat mengatakan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad akan menulis surat kepada Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo untuk mendesak tindakan segera demi mengatasi kabut asap yang melintasi perbatasan.
Banyak wilayah di Indonesia rawan mengalami kebakaran lahan dengan cepat karena pengeringan hutan lahan gambut berawa untuk membuka perkebunan kayu pulp dan kelapa sawit.
Visibilitas yang buruk akibat kabut asap telah menyebabkan keterlambatan beberapa penerbangan di Indonesia dan Malaysia dan mendorong pihak berwenang untuk menutup sekolah di beberapa wilayah kedua negara itu pekan lalu.
Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok menyatakan kekhawatirannya atas tindakan yang diambil oleh pihak berwenang Indonesia terhadap lahan milik anak perusahaan dari empat perusahaan perkebunan kelapa sawit utama milik Malaysia.
“Ini memang tuduhan yang sangat serius,” kata Kok dalam sebuah pernyataan hari Jumat (13/9).
Kok mengatakan akan berbicara dengan Menteri Industri Indonesia Airlangga Hartarto dan berharap dapat menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan damai.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia mengatakan hari Sabtu (14/9) bahwa 99 persen dari titik api disebabkan oleh kebakaran yang disengaja, menyebabkan kualitas udara yang sangat buruk di enam provinsi dengan populasi gabungan lebih dari 23 juta jiwa. Provinsi-provinsi tersebut telah menyatakan keadaan darurat.
BNPB mengatakan telah mengerahkan 42 helikopter untuk menjatuhkan hampir 240 juta liter air dan 160 ton garam untuk penyemaian awan sebagai bagian dari upaya memadamkan kebakaran.
Pihak berwenang Indonesia telah mengerahkan lebih dari 9.000 personel untuk memerangi kebakaran, yang telah menghancurkan lebih dari 328.700 hektar tanah di seluruh negeri, dengan lebih dari setengahnya terletak di Provinsi Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. (*)