PEMINDAHAN ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur diikuti dengan wacana pemindahan ibu kota Provinsi Jawa Barat (Jabar). Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyebut ada tiga wilayah yang menjadi calon ibu kota baru, yakni Tegalluar, Walini, dan Segitiga Rebana (Cirebon, Subang, Majalengka). Dari ketiga daerah tersebut, Segitiga Rebana memiliki wilayah yang paling luas. Kabupaten Cirebon memiliki luas 1.072,29 km persegi, Kabupaten Subang 2.051,76 km persegi, sedangkan Kabupaten Majalengka 1.204,24 km persegi. Jika digabungkan, total luas Segitiga Rebana mencapai 4.328,29 km persegi.
Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon pada 2018 mencapai 2,18 juta jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk di Kabupaten Subang 1,58 juta jiwa dan Kabupaten Majalengka 1,2 juta jiwa. Pemprov Jabar telah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar Segitiga Rebana menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terbesar di Indonesia. “Kawasan Super KEK Rebana di dalamnya ada zona-zona industri yang bisa mendapatkan fasilitas pembebasan pajak ekspor-impor dan insentif lainnya,” kata Ridwan Kamil usai bertemu dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution, di Jakarta, Kamis (16/5).
Industri yang ada di kawasan tersebut adalah industri yang berorientasi ekspor dan memiliki daya saing tinggi. Ada sebelas zona yang sudah siap ditempati di KEK Rebana. Pemprov Jabar juga mendorong agar industri yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum pindah ke KEK tersebut. Ridwan Kamil juga pernah menawarkan KEK Rebana kepada calon investor dari Korea Selatan. “Hyundai akan pindah besar-besaran ke Jabar. Nilai investasinya mencapai Rp 40 triliun,” kata Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, seperti dikutip Kompas.com pada 28 Juni lalu.
Beberapa keunggulan KEK Rebana, antara lain harga tanah yang masih murah, upah minimum regional (UMR) yang kompetitif, serta didukung infrastruktur Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati. Oleh karena itu, informasi mengenai KEK Rebana diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi calon investor Korsel untuk menempatkan industrinya di kawasan tersebut.
Konektivitas di kawasan Segitiga Rebana ini juga sudah disiapkan. Pelabuhan Patimban yang berada di Kabupaten Subang merupakan salah satu proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan rampung pada 2020.
Proyek senilai Rp 43,2 triliun ini dibangun di lahan seluas 300 hektare dan konstruksinya dimulai pada 2018. Hingga Juni 2019, konstruksi dermaga dan reklamasi mencapai 29,15%, pembangunan pemecah ombak dan tanggul laut mencapai 6,62%, sedangkan akses jalan ke kawasan tersebut sudah mencapai 33,97%.
Pelabuhan Patimban akan menjadi pelabuhan internasional. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan, Pelabuhan Patimban pada tahap awal akan melayani 3,5 juta Teus (twenty feet equivalent unit). Selanjutnya, kapasitas Pelabuhan Patimban akan dinaikkan menjadi 5,5 juta Teus dan 7,5 juta Teus. “Jadi Pelabuhan Patimban akan sama besarnya dengan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta,” katanya.
Di kawasan Segitiga Rebana juga terdapat Bandara Kertajati yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2018. Bandara ini memiliki terminal dengan luas 121 ribu meter persegi dan panjang landasan 2.500 meter.
Bandara ini diharapkan mampu menampung hingga 29 juta penumpang setiap tahun. Adapun kapasitas terminal kargonya diprediksi mencapai 1,5 juta ton pada 2020.
Sejak 1 Juli 2019, ada tujuh maskapai penerbangan domestik yang beroperasi di Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) ini. Maskapai penerbangan tersebut adalah Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Air Asia, NAM Air, dan Wings Air. Setiap hari ada 17 penerbangan ke 12 kota yang dilayani di bandara tersebut, yakni ke Denpasar, Pontianak, Batam, Medan, Surabaya, Lombok, Padang, Pekanbaru, Banjarmasin, Makassar, Balikpapan, dan Palembang. (*)