AMERIKA Serikat akan membeberkan nama pejabat Arab Saudi yang memiliki hubungan dengan anggota Al Qaidah pelaku serangan 11 September 2001 atau dikenal dengan sebutan tragedi 9/11.
Kementerian Kehakiman AS menyatakan bahwa mereka dan Biro Investigasi Federal (FBI) memutuskan untuk membocorkan nama ini sebagai upaya meredam tekanan dari keluarga korban.
“FBI menyadari kepentingan dan keinginan keluarga korban untuk memahami yang sesungguhnya terjadi terhadap orang yang mereka cintai dan mendesak agar mereka yang bertanggung jawab diadili,” demikian pernyataan Kementerian Kehakiman AS yang dikutip AFP.
Namun, Kementerian Kehakiman AS tak menjabarkan lebih lanjut waktu pasti nama itu akan dirilis. Mereka akan memberikan nama tersebut ke pengadilan terlebih dulu.
Mereka kemudian mengindikasikan bahwa pejabat Saudi itu kemungkinan tidak terlibat dalam perencanaan teror 9/11
“Informasi terkait individu tersebut merujuk pada teori investigasi yang sedang ditelusuri oleh FBI saat itu dan tidak mewakili pernyataan objektif terkait fakta,” tulis Kementerian Kehakiman AS.
Tak peduli kaitan pejabat tersebut dengan tragedi 9/11 para pihak penggugat menganggap informasi apa pun terkait insiden itu akan sangat dihargai.
“Keluarga sangat ingin mengetahui faktanya, dan kami seharusnya tak perlu mengemis untuk informasi dasar seperti ini, atau dibiarkan tak tahu apa-apa mengenai peran Saudi dalam serangan itu,” ucap Terry Strada, ketua kelompok penuntut, 9/11 Families & Survivors United for Justice Against Terrorism.
Kabar mengenai pejabat ini pertama kali menarik perhatian dunia setelah FBI merilis laporan bahwa mereka mendeteksi pergereakan sejumlah oknum dalam pemerintahan Saudi yang membantu para pelaku 9/11 setibanya di AS.
Secara keseluruhan, teror 9/11 dilancarkan oleh 19 orang, 15 di antaranya warga Saudi. Mereka merancang teror untuk membajak empat pesawat dan menabrakkannya ke World Trade Center di New York, kantor Kementerian Pertahanan AS, juga kemungkinan Gedung Putih dan Kongres.
Namun, hanya teror di WTC dan Pentagon yang berhasil. Aksi tersebut menewaskan nyaris 3.000 orang dan menjadi teror terbesar sepanjang sejarah AS. (*)