JAKARTA – Salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak dikabarkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sebanyak ratusan karyawannya. Hal itu demi efisiensi perusahaan.
Sumber dari beberapa karyawan mengaku telah menjadi korban PHK. Bukalapak telah merumahkan ratusan karyawan, karena untuk keberlanjutan perusahaan. “Ya ada ratusan yang kena (PHK). Kita sudah beberapa kali audiensi dengan manajemen,” ujar salah satu karyawan, kemarin (10/9).
Pihak Bukalapak menampik bahwa tidak ada PHK karyawan seperti yang dikabarkan. Karena jumlah karyawannya saat ini masih di kisaran 2 ribuan orang.
Diakui, memang saat ini Bukalapak tengah melakukan penataan dari segi operasional agar roda perusahaan terus berjalan. Penataan yang dimaksud meliputi upgdrade system dan SOP, yakni demi menjadi perusahaan unicorn yang profitable.
“Kami perlu melakukan penataan internal agar menjadi e-commerce yang berkelanjutan sehingga tumbuh dan memberi dampak dalam tahun-tahun ke depan,” ujar Chief of Strategy Officer of Bukalapak, Teddy Oetomo, kemarin (10/9).
Penataan yang dilakukan Bukalapak, menurut dia, merupakan yang lazim dilakukan oleh perusahaan agar bisa menjadi perusahaan unocrn yang suistable. “Sudah lazim untuk perusahaan manapun melakukan penataan diri untuk mendukung implementasi strategi bisnisnya. Demikian pula dengan Bukalapak,” imbuh dia menjelaskan.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah mengatakan, tumbangnya Bukalapak karena imbas dari gejolak ekonomi global yang saat ini terjadi.
“Perekonomian global saat ini sedang dipenuhi ketidakpastian. Nah, kondisi ini mempengaruhi minat investasi asing termasuk investasi di startup termasuk juga ke unicorn,” ujar Pieter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (10/9).
Dengan lambatnya pertumbuhan investasi asing di Tanah Air, tentu membuat sulit unicorn tetap bertahan. Di lain sisi, dana yang dikucurkan terbilang tidak sedikit dan juga belum memperoleh keuntungan.
“Jadi wajar bila di tengah melambatnya aliran dana investor ada beberapa startup atau bahkan unicorn melakukan rekonsiliasi termasuk mengurangi pegawai,” ucap dia.
Sementara Ketua umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan, persaingan yang semakin ketat membuat mau tidak mau yang tidak bisa bertahan akan kalah. Meskipun tren perkembangannya masih positif. “Industrinya masih berkembang terus walaupun persaingannya makin ketat,” ujar Ignatius, kemarin (10/9).
Kendati demikian, Iganatius meyakini unicorn lain tidak ikut tumbang. Diketahui saat ini sedikitnya ada empat unicorn besar seperti Bukalapak, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.
“Karena ini bukan masalah industri, jadi nggak bisa dipukul rata,” ujar dia.
Mengutip dari CB Insights, valuasi Bukalapak sudah mencapai 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Sepanjang semester 1 2019, gross profit Bukalapak juga tercatat naik tiga kali lipat dari periode yang sama di tahun 2018.
Bukalapak berdiri pada 2010 sebagai perusahaan rintisan (startup company) dan mendapat status unicorn pada tahun lalu. (fin)